Physiotherapy pada Cardiac Heart Failure



Oleh : Herdin S.Ft ( Physio Unhas )

Sejak tahun 1940-1950-an bed rest yang lama sebagai standart pelayanan medis pada pasien post miocard infark berdampak buruk bukan hanya pada fisik tapi juga psikis (Levine & Lawn.1952) Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut telah dilakukan.Rehabilitasi jantung atau yang dikenal dengan cardiac rehabilitation termasuk didalamnya program pencegahan efek sekunder telah menjadi bagian yang sangat penting dalam manajemen pasien post Miocard Infark dan post coronary artery bypass surgery ( Mcburney.2001).Menurut Beazley (1975 ) penatalaksanaan Physioterapy sebagai bagian dari team cardiac rehabilitation pada kondisi Congestuve cardiac failure dan Pulmonary congestion telah lama diterima.

Peran Physiotherapy pada kondisi jantung difokuskan pada aspek pemulihan fisik, khususnya meminimalkan dekondisioning akibat bed rest,peningkatan fungsi cardiovascular dan perbaikan fungsi musculuskeletal.dimulai dengan assesment,breathing exercise, assisted atau aktiv exercise untuk pasien tertentu.mengawasi proses ambulasi atau perpindahan tempat,menaiki tangga dan aktivitas lainnya.memprogramkan home exercise dan modifikasi aktivitas.Selanjutnya Physiotherapist tetap melaporkan kemajuan yang terkait dengan kondisi fisik pasien serta tetap berkonsultasi dengan team

A.Pengertian

Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari defenisi ini adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebutuhan metabolic tubuh, kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium ; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik sirkulai dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya

Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada erbagai organ (Ni Luh Gede Yasmin, 1993)

Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi jaringan dengan memadai. Defenisi ini mencakup segala kelainan dari sirkulasi yang mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk perubahan dalam volume darah, tonus vaskuler dan jantung. Gagal jantung kongetif adalah keadaan dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompenstoriknya. Gagal jantung kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu. Gagal sirkulasi, yang hanya berarti kelebihan beban sirkulasi akibat bertambahnya volume darah pada gagal jantung atau sebab-sebab diluar jantung, seperti transfusi yang berlebihan atau anuria

B.Etiologi dan Patofisiologi

Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada imfark miokardium dan kardiomiopati.

Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup dan meningkatkan volume residu ventrikel.

Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjdi kongesti sistemik dan edema.

Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.

Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme primer yang dapat dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban awal akibat aktivasi rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung. Meknisme-meknisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan istirahat. Tetapi kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas. Dengn berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin luring efektif

Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru. Penanganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penyakit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung

C. Gejala

Penderita gagal jantung yang tidak terkompensasi akan merasakan lelah dan lemah jika melakukan aktivitas fisik karena otot-ototnya tidak mendapatkan jumlah darah yang cukup.
Pembengkakan juga menyebabkan berbagai gejala. Selain dipengaruhi oleh gaya gravitasi, lokasi dan efek pembengkakan juga dipengaruhi oleh sisi jantung yang mengalami gangguan. Gagal jantung kanan cenderung mengakibatkan pengumpulan darah yang mengalir ke bagian kanan jantung. Hal ini menyebabkan pembengkakan di kaki, pergelangan kaki, tungkai, hati dan perut. Gagal jantung kiri menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-paru (edema pulmoner), yang menyebabkan sesak nafas.

Pada awalnya sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas; tetapi sejalan dengan memburuknya penyakit, sesak nafas juga akan timbul pada saat penderita tidak melakukan aktivitasng hebat. Kadang sesak nafas terjadi pada malam hari ketika penderita sedang berbaring, karena cairan bergerak ke dalam paru-paru. Penderita sering terbangun dan bangkit untuk menarik nafas atau mengeluarkan bunyi mengi. Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya penderita gagal jantung tidur dengan posisi setengah duduk.

D.Diagnosa

Untuk memperkuat diagnosis dilakukan pemeriksaan fisik, yang biasanya menunjukkan:
- denyut nadi yang lemah dan cepat
- tekanan darah menurun
- bunyi jantung abnormal
- pembesaran jantung
- pembengkakan vena leher
- cairan di dalam paru-paru
- pembesaran hati
- penambahan berat badan yang cepat
- pembengkakan perut atau tungkai

Foto rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung dan pengumpulan cairan di dalam paru-paru.

Kinerja jantung seringkali dinilai melalui pemeriksaan ekokardiografi (menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan jantung) dan elektrokardiografi (menilai aktivitas listrik dari jantung)

E. Pengobatan

Tujuan pengobatan adalah :
- Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
- Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokardium dengan preparat farmakologi, dan
- Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi antidiuretik, diet dan istirahat.

Terapi Farmakologis :
Glikosida jantung.
Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung.Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi edema
Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan hrs hati – hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia
Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan
Dukungan diet:
Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.

Prinsip Penanganan Fisioterapi

Prinsip terapi pada penderita cardiac failure adalah : untuk menghilangkan atau mengurangi penyebap failure dengan :

Mengurangi kebutuhan jantung selama failure (serangan )

Memperbaiki fungsi myocardium.

Mengurangi cairan extraceluler dan volume plasma.

Menghilangkan penyebap mungkin dapat dilakukan dengan cara operasi atau hypertensi dengan obat hipertensi, infeksi paru dengan antibiotik dan fisioterapi dan lain – lain.

Mengurangi kebutuhan Myocardium : memerlukan istirahat dengan kursi yang memakai lengan,cardiac bed dengan kedua tungkai bebas ( tergantung ) atau halflying serta mengurangi ketakutan atau kecemasan dengan banyak tidur .istirahat biasanya diberikan dalam satu periode kira – kira 3 minggu atau sampai udem berkurang..

Relaksasi diajarkan pada pasien yang sangat tegang untuk memperbaiki kemampuannya istirahat.

Diet juga secara hati – hati diatur antara lain : porsi dan cairan pertama kali harus dikurangi Memperbaiki fungsi myocardium : pertama kali dengan memberikan oksigen,agar jaringan otot tidak degenerasi karena kurangnya oksigen.

Latihan akhir yang diberikan adalah aktifitas seperti : keluar bed,berjalan yang mulai jarak pendek dengan langkah lambat lalu ditingkatkan.derajat laytihan klasifikasi jantung mungkin dapat digunakan setelah pulang untuk mencoba meninggkatkan toleransi miocardium dan mencegah pasien menjadi cardiac infalid ( cacat jantung ).

Chest Infeksi dan collaps paru dapat dicegah dengan memberikan breathing exercise setiap saat dengan pasien dengan pola dan irama nafas normal.

Batuk efektif harus diberikan yang bersamaan dengan pemberian perubahan posisi dari samping kesamping.Jika otot abdomen lemah, maka batuk yang tidak efektif dibantu dari luar oleh terapis dengan bantuan dorongan tangan.

Postural Drainage; tidak boleh digunakan bila ada orthopnoe,dyspnoe saat istirahat atau syanosis.Hal ini mungkin dapat diberikan dengan cara modifikasi untuk membantu drainage ( mengalirkan ) sputum pada segmen basal jika ini menyebabkan penyempitan atau sumbatan ,tapi hal ini harus ada persetujuan dari dokter yang merawatnya.,tidak boleh oleh Physiotherapist
Leg exersise ; diajarkan segera setelah dokter mengijinkannya untuk membantu mencegah Deep Vena thrombosis terjadi

0 comments:

Post a Comment